Yang Terakhir


Ini adalah tulisan terakhir seseorang yang ditujukan kepadaku sebelum akhirnya kita berpisah untuk selamanya.

O…iya, Ji akhir2 ini…jujur lo Ji…ini bukan maksud menghina…atau apa...maap...maap kate ini…’Kayaknya……ada yang berubah dari elu deh?!’ Sejak pertama kenal dan tau elu di kelas 7 dulu…belum pernah gue lihat elu punya sikap begini deh. Ya…gue gak ada maksud…nyela elu. Ini bukan berarti jelek. Mungkin Cuma perkiraan gue aja kali ya? Jadi bisa salah bisa juga enggak. ‘Berani’….kata itu yang mau gue bahas. Elu keliatan lebih berani dibanding Aji yg gue kenal sewaktu kelas 7. Elu klo gue bandingin sama anak2 kls 8A sekarang 80% sama deh. Cuma gue pesen jangan ditambah yg 20% nya alias 100% sama dgn anak2 kls 8A. Rusak yg ada elu. Lebih bagus elu yg saiki. Tapi bukan berarti elu gak bisa meningkatkan dan merubah sesuatu yg ada dalam diri elu. Itu hak elu untuk berubah. Tapi gue kasih rem aja ya… Gue pesen jangan melampaui batas. Be Good Boy! Ok!...

Bagian Tubuh yang Terpenting

Kisah tentang seorang ibu dan anak. Ibu bertanya, “Bagian tubuh apa yang terpenting?”
Anak yang sering mendapat nasehat dari ibu, dengan lugu dia menjawab, “Telinga.”
Ibu menjawab, “Salah, itu kurang tepat. Nyatanya masih banyak orang tuli.”

Beberapa tahun kemudian, ibu kembali bertanya, “Bagian tubuh apa yang terpenting?”
Anak menjawab, “Mata.”
Lagi-lagi ibu menjawabnya, “Kurang tepat. Nyatanya masih banyak yang buta.”

Beberapa tahun kemudian kakek anak itu meninggal. Dilihatnya semua menangis. Terutama sang ayah. Anak sudah tumbuh dewasa walau mungkin tak sedewasa yang dipikirkan. Ibu kembali bertanya, “Bagian tubuh apa yang terpenting?”
Anak tak menyangka di keadaan seperti ini tiba-tiba ibu masih menanyakannya. Dikira ini hanya permainan tebak-tebakan semata.
“Anakku sayang ini pertanyaan penting. Bagian tubuh yang terpenting adalah bahumu.”